Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

IKN sebagai Katalis Kunci Mewujudkan Strategi Hidrogen Nasional

  • Oleh ANTARA
  • 05 Mei 2024 - 20:00 WIB

BORNEONEWS, Jakarta - Indonesia merupakan negara yang sangat kaya raya, khususnya dalam sektor energi baru terbarukan (EBT). Bayangkan saja pada sumber daya air, negeri ini dilimpahi danau, sungai, dan laut yang luas. Selalu diterangi sinar mentari dan dilintasi angin sepanjang waktu.

Potensi EBT yang sangat besar tersebut merupakan salah satu kunci dalam mencapai Visi Indonesia Emas 2045, yakni pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui pemanfaatan EBT sebagai sumber energi nasional.

Oleh karena itu, transisi energi diperlukan untuk mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan. Transisi energi merupakan salah satu upaya untuk mencapai keberlanjutan, ketahanan, dan kemandirian energi melalui peralihan dari sistem produksi dan konsumsi energi berbasis fosil ke sumber energi baru dan energi terbarukan. Salah satu upaya dalam mendukung transisi energi tersebut adalah pemanfaatan energi hidrogen.

Salah satu EBT yang berpotensi menjadi energi kunci dalam visi tersebut adalah hidrogen. Hidrogen dapat diproduksi melalui bermacam cara dan teknologi. Hidrogen bukanlah pembawa energi primer sehingga perlu diproduksi dari sumber-sumber utama yang ramah lingkungan seperti air, angin, Matahari, dan sumber energi lainnya.

Hidrogen juga kini dipertimbangkan oleh sebagian besar negara untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2040--2070. Faktor yang mendorong perkembangan hidrogen rendah karbon di dunia adalah biaya listrik dari EBT yang sudah semakin bersaing, teknologi hidrogen yang sudah siap untuk ditingkatkan, dan fleksibilitas teknis.

Indonesia sendiri memiliki potensi hidrogen sangat besar karena dilimpahi sumber-sumber utama ramah lingkungan. Selain itu, sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki peluang untuk mendorong ekonomi hidrogen karena dilewati beberapa jalur pelayaran penting di dunia, Selat Malaka, Laut Jawa, dan Selat Makassar.


Sayangnya potensi pemanfaatan hidrogen sendiri di Indonesia belum optimal. Sebagian besar hidrogen yang kini digunakan di Indonesia berasal dari gas Bumi dan dimanfaatkan di sektor industri, terutama sebagai bahan baku pupuk. Konsumsi hidrogen di Indonesia saat ini sekitar 1,75 juta ton per tahun, didominasi dengan pemanfaatan untuk urea (88 persen), amonia (4 persen), dan kilang minyak (2 persen).

Padahal berdasarkan pemodelan NZE dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), permintaan hidrogen rendah karbon secara nasional dari berbagai sektor diproyeksikan akan tumbuh pada tahun 2031-- 2060, termasuk kebutuhan hidrogen rendah karbon tumbuh dari sekitar 0,2 PJ (setara dengan 26.000 barel minyak) pada tahun 2031, naik menjadi 34,3 PJ di 2040, dan memuncak hingga mencapai 609 PJ pada tahun 2060.

Guna mewujudkan pemanfaatan hidrogen sebagai EBT, Pemerintah kemudian menerbitkan Strategi Hidrogen Nasional. Strategi ini memiliki tiga pilar, yakni Indonesia akan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil untuk menjamin kedaulatan dan ketahanan energi. Kedua, Indonesia akan mengejar target dekarbonisasi dengan mengembangkan pasar hidrogen domestik. Dan ketiga, Indonesia akan mengekspor hidrogen dan turunannya ke pasar global dengan memanfaatkan keunikan sebagai negara maritim.

Dalam mewujudkan strategi untuk mematangkan dan mewujudkan pemanfaatan hidrogen sebagai EBT, tentu diperlukan katalis. Ibu Kota Nusantara (IKN) yang saat ini dalam proses pembangunan hingga 2045 dapat menjadi katalis bagi Strategi Hidrogen Nasional. Lalu bagaimana dan seberapa besar peluang IKN dalam menjadi katalis untuk pilar Strategi Hidrogen Nasional


Strategi Tiga Kota

Pembangunan IKN yang dilakukan oleh Pemerintah bersama sektor swasta domestik dan internasional bertujuan untuk mencapai Visi Indonesia Emas 2045. IKN sendiri dibangun sebagai kota hutan cerdas (smart forest city).

Selain itu, IKN juga ditetapkan sebagai kota pertama di Indonesia yang mencapai target NZE. Target tersebut harus dicapai oleh Nusantara pada tahun 2045 atau 15 tahun lebih cepat dari target NZE nasional di tahun 2060.

Hal ini tentunya menjadikan energi ramah lingkungan atau EBT menjadi sumber energi primer (utama) dan satu-satunya yang digunakan di IKN. Terkait hal ini, strategi infrastruktur energi IKN mengutamakan hidrogen sebagai gas ramah lingkungan bagi aktivitas masyarakat Nusantara.


TAGS:

Berita Terbaru