Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Operasi Jalur Solidaritas Sukses Kirim Bantuan Lewat Udara ke Gaza

  • Oleh ANTARA
  • 08 Mei 2024 - 18:26 WIB

BORNEONEWS, Jakarta - Pelan-pelan dari atas horizon warna abu-abu pesawat transpor berat terbaru TNI AU, C-130J-30 Super Hercules, makin jelas terlihat. Mengudara di atas wilayah kendali Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis petang, dia baru kembali dari misi yang mulia: menyalurkan bantuan kemanusiaan Indonesia kepada rakyat sipil Palestina di Jalur Gaza, atau yang populer kini dengan hanya "Gaza".

Setelah mendarat di landas pacu azimut 130 dan parkir secara sempurna di apron Base Ops pangkalan udara TNI AU terluas di Pulau Jawa itu, satu-persatu personel TNI AU pengawaknya keluar dari dalam fuselage pesawat transpor  berat bernomor registrasi A-1340 itu.

Kolonel Penerbang Noto Casnoto, yang kesehariannya adalah komandan Wing Udara 1 berkedudukan di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, berdiri memimpin personel-personel lain guna melaporkan bahwa misi telah selesai secara baik dan lancar, tidak ada kerugian personel dan material. Dalam misi Operasi Jalur Solidaritas ini, dia bertindak sebagai komandan misi.

"Mission accomplished", begitu biasa kata singkat dalam laporan pascapenugasan bagi kalangan militer.

Adalah Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto yang memimpin upacara singkat pelaporan pascamisi itu. Ia didampingi beberapa pimpinan puncak dan teras TNI dan TNI AU, di antaranya Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI M Tonny Harjono, dan beberapa perwira tinggi lain.

A-1340 lepas landas dari Tanah Air pada 29 Maret lalu dengan arah ke barat laut dengan 26 personel TNI ada di dalamnya bersama 20 paket bantuan kemanusiaan berupa makanan, air mineral, dan obat-obatan dengan berat masing-masing 160 kilogram. Di atas masing-masing paket itu sudah ada parasut kargo buatan Indonesia karena metode penyaluran bantuan ini melalui udara.

Ke-20 palet bahan bantuan yang siap dipergunakan itu diterjunkan dari pintu belakang (ramp door) C-130J-30 Super Hercules TNI AU itu dari ketinggian cukup rendah di atas wilayah udara Jalur Gaza karena metode itu dinilai yang paling efektif agar mereka bisa segera diterima secara langsung oleh warga Gaza.

Dalam misi ini, C-130J Super Hercules TNI AU (A-1340) itu berangkat dari Pangkalan Udara King Abdullah II di Zarqa, Yordania, menuju titik penerjunan di bagian selatan Gaza. Yang menarik, hal itu berarti bahwa A-1340 harus masuk ke wilayah udara Israel, negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia dan sebaliknya demikian.

Indonesia tidak pernah mengakui kedaulatan negara Israel karena Indonesia menentang keras ideologi nasional Israel, Zionisme (secara harfiah: kembali ke Bukit Zion, bukit lambang eksistensi Israel sebagai negara), dan hal itu termaktub secara implisit dalam Pembukaan UUD 1945, bahwa Indonesia ada di garda terdepan menentang penjajahan suatu bangsa kepada bangsa mana pun, dalam hal ini Israel terhadap Palestina.

Untuk menunjukkan konsistensi sikap politik luar negeri bangsa inilah dan juga karena alasan kemanusiaan, maka Pemerintah memutuskan berpartisipasi langsung dengan cara mengerahkan satu sistem arsenal TNI dan personelnya dalam Operasi Jalur Kemanusiaan. Di sini pertimbangan geopolitik dan geostrategi nasional banyak berkontribusi walau Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, dan secara geografis, posisi wilayah yang dituju belasan ribu kilometer dari Sabang, titik paling barat Indonesia.

Sebetulnya ada cara yang lebih mudah bagi Indonesia dalam membantu rakyat Palestina di Jalur Gaza, yaitu dengan menerbangkan bahan-bahan bantuan itu ke negara tetangga terdekat Palestina, misalnya, Mesir atau Yordania, dan kemudian "menitipkan" mereka kepada pihak-pihak yang dapat menyalurkan bantuan itu ke Jalur Gaza.

Pada waktu Pemerintah memutuskan mengerahkan kapal rumah sakit KRI Radjiman Wedyodiningrat-992 ke sana beberapa bulan lalu dan akhirnya harus berlabuh di Mesir, sebetulnya TNI AL dengan dukungan unsur lain dari TNI dan Kementerian Luar Negeri dan lain-lain sudah sangat siap untuk menjadi rumah sakit lapangan di lepas laut teritorial Israel. Namun, skenario itu akhirnya tidak jadi dilaksanakan.

Jadilah kemudian A-1340 dalam misi internasional pertamanya mendarat di beberapa negara sahabat dan akhirnya bertolak dari Pangkalan Udara Raja Abdullah II di Yordania untuk masuk ke ruang udara Israel. Dalam pelaksanaan misi tersebut TNI AU bekerja sama dengan Angkatan Udara Yordania (RJAF) untuk menerjunkan bantuan dari rakyat Indonesia langsung ke Gaza.

Bagi TNI AU tidak mudah untuk menerjunkan bantuan dari rakyat Indonesia langsung ke Gaza karena ada perizinan yang cukup rumit, mengingat Indonesia dan Israel tidak mempunyai hubungan diplomatik. Dalam kasus ini, tidak ada air clearance yang dikeluarkan Angkatan Udara Israel kepada A-1340 karena memang kedua negara (Indonesia dan Israel) tidak punya hubungan diplomatik sehingga kerja sama dengan Angkatan Udara Yordania sangat diperlukan agar misi berhasil.

Ibarat pemeo dalam khazanah diplomasi Indonesia: "satu musuh terlalu banyak, 1.000 teman masih sedikit" begitulah ilustrasi pertemanan Indonesia dengan Yordania (di mana kepala negaranya, Raja Abdullah II, diketahui memiliki hubungan baik dengan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto) dan negara-negara sahabat yang disinggahi sehingga misi dinyatakan Bravo Zulu alias sukses.

Atas keberhasilan misi itu, Kepala Bidang Penerangan Internasional Puspen TNI, Kolonel (CBA) Tedi Rudianto, dalam keterangannya, menyatakan, "Setelah melaksanakan misi bantuan kemanusiaan kurang lebih 14 hari, terhitung tanggal 29 Maret 2024, C-130J Hercules TNI AU (A-1340) berangkat menuju Yordania membawa bantuan kemanusiaan untuk masyarakat Gaza, Palestina, akhirnya kembali tiba di Tanah Air yang disambut hangat Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto."


TAGS:

Berita Terbaru